Recent Article

Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani

Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani adalah seorang ulama dan Syaikh Sufi yang berasal dari Timur Tengah. Beliau adalah lulusan American University di Beirut dalam bidang Kimia. Dari sana beliau pergi ke Belgia untuk meneruskan kuliah kedokterannya di Louvain. Beliau menerima gelar di bidang Hukum Islam dari Damaskus. Sejak masa kanak-kanak, beliau telah menemani Syaikh ‘Abdullah ad-Daghestani Ø dan Syaikh Muhammad Nazhim al-Haqqani, grandsyaikh dari Thariqat Naqsybandi yang paling mulia di masa ini. Beliau banyak melakukan perjalanan ke segala penjuru di Timur Tengah, Eropa, dan Timur Jauh untuk menemani Syaikhnya. Pada tahun 1991 beliau diperintahkan oleh Syaikhnya untuk pindah ke Amerika dan mendirikan Yayasan bagi Thariqat Naqsybandi di sana. Sejak saat itu, beliau telah membuka 13 Pusat Sufi di Kanada dan Amerika Serikat. Beliau telah mengajar di sejumlah universitas, seperti: the University of Chicago, Columbia University, Howard, Berkeley, McGill, Concordia, dan Dawson College, demikian pula dengan sejumlah pusat keagamaan dan spiritual di seluruh Amerika Utara, Eropa, Timur Jauh dan Timur Tengah.

Misi dari Syaikh Hisyam Kabbani Ø di Amerika adalah untuk menyebarkan ajaran Sufi dalam lingkup persaudaraan ummat manusia dan kesatuan dalam kepercayaan kepada Tuhan yang terdapat dalam semua agama dan jalur spiritual. Usahanya diarahkan untuk membawa spektrum keagamaan dan jalur-jalur spiritual yang beragam ke dalam keharmonisan dan kerukunan, dalam rangka pengenalan akan kewajiban ummat manusia sebagai kalifah di planet yang rentan ini dan satu sama lainnya. Sebagai seorang Syaikh Sufi, Syaikh Hisyam Ø telah diberi wewenang dan diperbolehkan untuk membimbing para pengikutnya menuju Cinta Ilahi dan menuju maqam spiritual yang telah digariskan oleh Sang Pencipta. Latihan spiritual yang berat yang telah ditempuhnya selama 40 tahun di bawah pengawasan Grandsyaikh dan Syaikhnya, telah menganugerahi nya kecakapan yang tinggi mencakup kebijaksanaan, cahaya, kecerdasan, dan daya tarik yang diperlukan oleh seorang Guru Sufi sejati. Misi Syaikh Hisyam Ø yang jauh melampaui target di Amerika adalah kontribusinya yang unik terhadap usaha ummat manusia dalam mencapai takdir tertingginya, yaitu kedekatan dengan Tuhannya. Usaha beliau untuk membawa kesatuan hati dalam gerakannya menuju Inti Ilahi barangkali yang merupakan warisan terbesarnya kepada Barat.



Mengenai Haqqani Foundation

Misi dari Haqqani Foundation di Amerika adalah untuk menyebarkan ajaran Sufi dalam lingkup persaudaraan ummat manusia dan kesatuan dalam kepercayaan kepada Tuhan yang terdapat dalam semua agama dan jalur spiritual. Usahanya diarahkan untuk membawa spektrum keagamaan dan jalur-jalur spiritual yang beragam ke dalam keharmonisan dan kerukunan, dalam rangka pengenalan akan kewajiban ummat manusia sebagai kalifah di planet yang rentan ini dan satu sama lainnya. Jabatan direktur di Haqqani Foundation adalah posisi yang ditetapkan oleh Grandsyaikh dari Thariqat Sufi Naqsybandi-Haqqani, Maulana Syaikh Muhammad Nazhim al-Haqqani Ø. Beliau telah menunjuk wakilnya (kalifah), Syaikh Hisyam Kabbani Ø, seorang Syaikh Sufi yang telah diberi wewenang dan izin untuk membimbing para pengikutnya menuju Cinta Ilahi dan menuju maqam spiritual mereka. Praktek-praktek keagamaan dan spiritual yang berat dan sukar yang telah dijalani oleh Syaikh Kabbani Ø telah menganugerahinya kecakapan yang diperlukan bagi seorang pemandu di jalannya. Hubungan yang istimewa dengan begitu banyak orang Barat yang beliau temui atau beliau beri nasihat dan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari, adalah berkat pendidikannya yang panjang di lembaga-lembaga Barat, dan didukung kemampuan berbahasa yang baik sekali dalam bahasa Inggris, Perancis, Turki dan Arab, dan pengetahuannya yang mendalam mengenai psikologi dan ilmu spiritual.



Mengenai Yayasan Haqqani Indonesia

Secara kejama`ahan, masyarakat Naqsybandi Haqqani Indonesia secara resmi mulai tergelar kebersamaannya sejak ditunjuknya Bapak KH. Mustafa Mas’ud sebagai perwakilan pertama dari As-Sayyid Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani an-Naqsybandi k untuk Indonesia pada tanggal 5 April 1997. Penunjukan dan Bay’at sebagai representatif dilaksanakan melalui As-Sayyid Maulana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani k pada kunjungan perdana beliau di Jakarta pada saat itu. Kedatangan tersebut bermula dari pertemuan beliau dengan beberapa orang Indonesia yang tinggal di California, di mana mereka secara konstan mengikuti ritual Sohbet Naqsybbandi Haqqani di USA, Shalat Jumat, Dzikir Khatam Kwajagan, dan lain sebagainya, di Masjid Mountain View, CA sebagai salah satu Masjid Utama Jama’ah Naqsybandi al-Haqqani Amerika. Pada akhirnya Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani k selaku Khalifah Syaikh Nazhim k di USA bertemu dengan para Muslim Indonesia, termasuk seorang mahasiswa bernama M. Hadid Subki yang sedang berada di San Jose, CA. Selanjutnya beliau mengutarakan maksudnya untuk membuka hubungan ke Indonesia atas nama Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani an-Naqsybandi k. Persiapan yang dilaksanakan di Jakarta membawa saudara Farid Bubbi Djamirin bertemu dengan K.H. Mustafa Mas’ud. Pada dua kunjungan berikutnya Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani k mentasbihkan empat Ulama lainnya sebagai wakil dari Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani an-Naqsybandi k yang tersebar di Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Tengah. Mereka adalah :




Kyai Haji Taufiqqurahman al-Subky (Wonopringgo, Pekalongan, Jawa Tengah)

Al-Habib Luthfi bin Yahya (Pekalongan, Jawa Tengah)

Kyai Haji Qari Ahmad Syahid (Nagrek, Jawa Barat)

Al-Ustadz Haji Wahfiudin, MBA (Jakarta)



Sebagai negara yang mempunyai penduduk mayoritas Muslim, tentunya istilah ’thariqat’ sudah tidak asing lagi di Indonesia, terutama bagi pengikutnya dan para cendikiawan yang mempunyai pengetahuan dan perhatian khusus mengenai hal ini.Meskipun kegiatan sudah berjalan sejak tahun 1997, secara hukum Yayasan Haqqani Indonesia baru diresmikan pada akhir tahun 2000. Para pengurus Haqqani Fondation sebagian adalah jema’ah Thariqat Naqsybandi Haqqani, tanpa tertutup untuk ummat Muslim yang tidak mengikuti thariqat untuk turut berpartisipasi. Yayasan Haqqani Indonesia merupakan cabang Haqqani Foundation yang tersebar di beberapa negara, sehingga pada prinsipnya mempunyai pola dasar keorganisasian yang tidak berbeda dengan Yayasan Haqqani lainnya. Sampai saat ini sudah tersebar beberapa cabang Haqqani Foundation di beberapa negara, misalanya: Italia, Belanda, Jerman, Amerika, Malaysia, Perancis, dan Indonesia. Dalam bentuk kelembagaannya, Yayasan Haqqani diharapkan mampu memiliki peran yang strategis dan berkesinambungan dalam melaksanakan syi’ar Islam kepada sesama ummat penghuni bumi.

Free Music Online

{[['']]}

Doa Sang Nabi SAW Untuk Ummatnya

 
قال رسول الله ِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
كُلُّ نَبِيٍّ سَأَلَ سُؤْلًا أَوْ قَالَ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ قَدْ دَعَا بِهَا فَاسْتُجِيبَ فَجَعَلْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah SAW: “Semua Nabi memohon permohonan, atau semua nabi mempunyai doa yang ketika mereka berdoa dikabulkan, maka kujadikan doaku adalah syafaat untuk ummatku di hari kiamat” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur , Yang mengangkat jiwa dan sanubari untuk mencapai keluhuran, Yang menyingkirkan sifat-sifat hina yang ada di dalam hati untuk menuju pada keindahan dan kasih sayang Allah, kerinduan dan kesucian Allah, menuju pada pengampunan Allah dan selalu asyik berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, lalu dibukakan rahasia kelezatan doa dan munajat sehingga hatinya bercahaya dengan ketenangan doa dan munajat, hatinya bercahaya dengan ketenangan sujud, bercahaya dengan ketenangan hidup, dan sanubarinya bercahaya dengan ketenangan dari meninggalkan dosa dan segala hal-hal yang dimurkai Allah subhanahu wata’ala, dan senantiasa ingin berada dalam keridhaan Allah.
Kita telah membaca hadits luhur, bagaimana nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengatakan bahwa seluruh nabi mempunyai doa, dan setiap doa mereka telah dikabulkan, namun beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menahan doanya untuk memberi syafaat kepada ummatnya di hari kiamat, syafaat untuk para pendosa, syafaat untuk orang-orang yang banyak melakukan maksiat kepada Allah, dan sungguh cinta beliau lebih dari cinta ayah bunda kepada anaknya, demikian dalam cinta sang nabi kepada ummatnya, karena orang-orang yang mencintai kita kelak di hari kiamat pastilah akan meninggalkan kita, seorang ayah dan ibu akan meninggalkan anaknya, suami dan istri akan saling berpisah di hari kiamat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ، وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ، وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
( عبس : 34-37 )

“ pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya, setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” ( QS. ‘Abasa : 34-37 )

Di saat itu kekasih akan berpisah dengan kekasihnya, namun sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan mencari ummatnya dan para pendosa (dari ummatnya) untuk diberi syafaat, para shalihin diberi hak syafaat, para ahli surga akan ditambah derajatnya di surga, para ahli neraka disyafaati agar selamat dari neraka, inilah kekasih kita yang mencintai kita, yang membela kita, yang belum pernah kita berjumpa dan melihat wajahnya (saw), namun cinta beliau telah sampai kepada kita dan seluruh ummatnya hingga akhir zaman. Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, ketika saat-saat sakaratul maut sang nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam meminta siwak kepada sayyidah Aisyah Ra, kemudian beliau bersiwak lalu beliau merebah di pangkuan sayyidah Aisyah seraya berkata : “ Aku akan bertemu dengan Ar Rafiiq Al A’laa ( Allah )”. Sayyidah Aisyah berkata bahwa hembusan nafas terakhir sang nabi sampai ke tubuh beliau, adapaun diantara doa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di saat sakaratul maut adalah :

اَللّهُمَّ شَدِّدْ عَلَيَّ مَوْتِيْ وَخَفِّفْ عَلَى أُمَّتِيْ

“ Ya Allah pedihkanlah sakaratul mautku dan ringankan untuk ummatku”
Dan iriwayatkan dalam kitab-kitab sirah (sejarah Nabi saw), yang diantaranya riwayat Al Imam Thabrani dan lainnya, dimana ketika sayyidina Mu’adz bin Jabal ra meninggalkan Madinah Al Munawwarah atas perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk pergi ke Yaman, maka dalam keadaan antara tidur dan bangun ia mendengar suara : “ Wahai Mu’adz, bagaimana engkau bisa tidur dan tenang sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaaan sakaratul maut”, namun sayyidina Mu’adz menganggap itu adalah bisikan syaitan, maka beliau terus melanjutkan perjalanannya, hingga ketika beliau sampai di Yaman kembali lagi terdengar bisikan : “Wahai Mu’adz…!, bagaimana engkau bisa tidur dan tenang sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berada di dalam kubur”, maka sayyidina Mu’adz berbalik arah dengan kudanya dan berteriak seakan orang yang tidak sadarkan diri, beliau bingung apa yang harus diperbuat karena bisikan itu terus menghampirinya, padahal beliau telah diperintah untuk pergi dan telah tiba di Yaman. Akhirnya beliau kembali lagi ke Madinah Al Munawwarah untuk menenangkan hatinya, maka beliau pun kembali ke Madinah Al Munawwarah dan di tengah perjalanan beliau bertemu dengan utusan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA, utusan itu membawa surat dari sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA yang telah diangkat menjadi khalifah ketika itu, kemudian beliau membaca surat itu yang berbunyi : “wahai Mu’adz, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat”, maka sayyidina Mu’adz bin Jabal terdiam dan air mata pun mengalir dan berkata : “Siapa lagi yang akan peduli pada anak yatim dan kaum fuqara’ dan orang-orang yang susah jika Rasulullah shallallahu shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat”. Maka sayyidina Mu’adz melanjutkan perjalanannya ke Madinah Al Munawwarah dan menuju ke rumah sayyidah Aisyah Ra, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah dimakamkan di rumah sayyidah Aisyah, maka ketika itu sayyidina Mu’adz bin Jabal mengetuk pintu rumah, dan sayyidina Mu’adz berkata : “ aku adalah Mu’adz bin Jabal dari kalangan Anshar yang diutus oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk pergi ke Yaman, dan aku tidak tau apa yang telah terjadi”, maka sayyidah Aisyah Ra berkata : “ Wahai Mu’adz bersyukurlah karena engkau tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di saat sakaratul maut, karena jika kau melihat wajah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang menahan pedihnya sakaratul maut beliau dan rasa sakaratul maut ummatnya shallallahu ‘alaihi wasallam maka sungguh engkau tidak akan bisa makan atau minum, bahkan engkau tidak akan bisa merasakan ketenangan hidup didunia hingga kau wafat”. Sungguh Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu untuk meringankan sakaratul maut untuk sang nabi, namun beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meminta sakit yang sangat pedih ketika sakaratul maut demi meringankan sakartul maut ummatnya sahallallahu ‘alaihi wasallam, maka rasa sakit dari setiap sakartul maut ummat beliau sebagian telah diringankan oleh sakitnya sakaratul maut yang dirasakan oleh sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
(hb Munzir tidak memperpanjang ceramah beliau sebab telah ceramah sebelum beliau Abuya KH Muhyiddin dari SUMEDANG, lalu diteruskan ceramah oleh Alhabib Salim bin Umar bin Hafidh dari Tarim Hadramaut)
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah menjauhkan kita dari segala musibah dengan keberkahan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan semoga Allah memuliakan hari-hari kita dengan cinta kepada-Nya dan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan semoga Allah menghadapkan langsung wajah kita dengan wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam , kemudian dihadapkan untuk memandang wajah Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi:
أَنَا جَلِيْسُ مَنْ ذَكَرَنِيْ

“ Aku adalah teman (sangat dekat dg) orang yang mengingat-Ku”
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ



 Sumber : Majelis Rosululloh
Ditulis Oleh : Habib Munzir Almusawa

{[['']]}

BIOGRAFI - Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidzh

Beliau adalah al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abd-Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera dari al-Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abd-Allah putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera dari al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam al-Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali al-‘Uraidi putera dari Ja’far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari ‘Ali Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w.


Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua kakek beliau, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi al-Habib ‘Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.

Beliau telah mampu menghafal Al Qur’an pada usia yang sangat muda dan ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadith, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da’wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan dhikr.
Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum beliau mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.

Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.

Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan ahli dari yang Mulia al-Habib Muhammad bin ‘Abd-Allah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama mazhab Shafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya ia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Ia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang Da‘wah.

Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usaha beliau yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w.


(dari kiri) Menteri Kelautan & Perikanan Fadel Muhammad, Menteri Agama Suryadharma Ali, guru pimpinan Majelis Rasulullah SAW dari Yaman Al Habib Umar Bin Hafidh dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengikuti Dzikir Akbar dengan tajuk "Doa Untuk Bangsa" di

Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta’iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Shaikh al-Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.

Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari al-Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni al-Habib Ahmed Mashur al-Haddad dan al-Habib ‘Attas al-Habashi.

Sejak itulah nama al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.

Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan.

Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Dar-al-Mustafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad ke-15 setelah hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka.

Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana beliau mengawasi perkembangan di Dar al-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif dalam penyebaran agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya.

sumber : Majelis Rasulullah SAW

Free Music Online

{[['']]}

BIOGRAFI - Al Habib Hasan bin Ja’far bin Umar bin Ja’far Assegaf

Al-Habib Hasan Bin Ja`far Bin Umar Bin Ja`far Bin Syeckh Bin Segaf Bin Ahmad Bin Abdullah Bin Alwi Bin Abdullah Bin Ahmad Bin Abdurrahman Bin Ahmad Bin Abdurahman Bin Alwi Bin Ahmad Bin Alwi Bin Syeckh Abdurrahman Segaf Bin Muhammad Maula Dawilaih Bin Ali Bin Alwi Guyur Bin (Al-Faqihil Muqaddam) Muhamad Bin Ali Bin Muhammad Shohibul Marboth Bin Ali Gholi Ghosam Bin Alwi Bin Muhammad Bin Alwi Bin Ubaidillah Bin Ahmad Al-Muhajir Bin Isa Bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Sodiq Bin Muhammad Al-Baqir Bin Ali Zaenal Abidin Bin Al-Imam Husein Assibit Bin Imam Ali KWH Bin Fatimah Al-Batul Binti Nabi Muhammad SAW.

Beliau lahir pada tahun 1977 di Kramat Empang Bogor, guru mengaji beliau di waktu kecil untuk mengenal huruf adalah Syaikh Usman Baraja dan di dalam bahasa Arab oleh Syaikh Abdul Qodir Ba’salamah, dalam ilmu Nahwu dah Shorof oleh Syaikh Ahmad Bafadhol.

Seperti biasanya di siang hari aktifitas beliau seperti aktifitas anak-anak pada umumnya yaitu belajar di SD, SMP, SMA dan di lanjutkan di IAIN Sunan Ampel Malang.

Beranjak dewasa beliau bersama kakeknya Al Habib Husein bin Abdulloh bin Mukhsin Al Attas di rumah Habib Keramat Empang Bogor sering menyambut tamu-tamu yang mulia dan mendapatkan do’a-do’a dari mereka, di antara tamu tersebut adalah :

- Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf (Jeddah)

- Al Habib Muhammad bin Alwi Al Maliki (Mekkah)

- Al Habib Hasan bin Abdulloh As-Syathiri (Tarim)

- Al Habib Umar bin Hud Al Attas (Cipayung, Bogor)

- Al Habib Ahmad bin Muhammad Al Haddad (Condet, Jakarta)

- Al Habib Muhammad bin Ali Habsyi (Kwitang, Jakarta)

- Al Habib Abdulloh bin Husein Syami Al Attas (Jakarta)

- Al Habib Muhammad bin Abdulloh Al Habsyi (Banyuwangi)

- Al Habib Idrus Al Habsyi (Surabaya)

- Al Habib Muhammad Anis bin Alwi AL Habsyi (Solo)

dan masih banyak lagi para alim ulama yang beliau temui di kala mereka ingin berziarah ke Maqam kakek beliau Al Habib Abdulloh bin Mukhsin Al Attas, di karenakan do’a-do’a dari para alim ulama tersebut akhirnya beliau dapat meneruskan belajar ke pesantren Darul Hadist Al Faqihiyah, Malang, Sebagai pengasuh dan pendiri yang mulia yaitu Al Imam Al Qutub Al Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bil Faqih dan Al Imam AL Qutub Al Habib Abdulloh bin Abdul Qadir Bil Faqih berserta putra-putranya selama beberapa tahun, dan meneruskan kepada beberapa guru yang di temuinya salah satunya adalah :

- Syaikh Abdulloh Abdun

- Al Habib Hasan bin Ahmad Baharun

- Al Habib Al Alamah Al Barokah Abdurrahman bin Ahmad Assegaf

Ilmu dan pengalaman yang di carinya selama beberapa tahun menjadikan pengenalan yang lebih terhadap diri dan jati dirinya, di karenakan keberkahan sang guru dan alim ulama.

Selepas menuntut ilmu yang beliau cari dari kota Malang dan lain-lainnya beliau memutuskan untuk belajar bersama alim ulama yang berada di Jakarta dengan para Kiyai-Kiyai dan para Habaib.

Selama 1 tahun beliau tidak keluar rumah kecuali untuk berziarah ke Maqom kakeknya Al Habib Abdulloh bin Mukhsin AL Attas dan menghabiskan waktunya di kamar untuk bersyukur dan bertafakur kepada Allah SWT guna mengamalkan ilmu yang telah di ajarkan oleh guru-guru beliau yang pada akhirnya beliau mendapatkan Bisyaroh (Petunjuk) untuk mengajarkan ilmu Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW.

Fitnah, cacian, makian serta hasut selalu menjadi kawan beliau dari ancaman dari orang-orang yang belum mendapat petunjuk Allah SWT, dengan hati yang teguh prinsip dan yakin akan kebesaran Allah SWT dan Rasul-Nya tidak membuat gentar perjuangan beliau untuk berdakwah, sehingga Allah menghendaki beberapa murid yang mengikuti beliau untuk menggali ilmu kepadanya, dan Allah pun tidak mendiamkan hamba-hambanya yang berdekatan dengan beliau tanpa ujian.

Cobaan terus berlanjut sampai akhirnya beliau di tinggal oleh Ayahandanya yaitu Al Habib Ja’far bin Umar Assegaf, kesabaran itulah jawabannya yang akhirnya Allah SWT mengizinkan dari hamba-hambanya yang hanya beberapa orang bertambah menjadi ratusan orang yang belajar menuntut ilmu kepadanya.

Tahun demi tahun berlalu ujianpun bertambah tetapi karunai Allah SWT selalu di atas kepalanya yang kepada akhirnya Allah SWT menghibur dengan memperbanyak para hamba-hambanya untuk mengikutinya dan di namai perkumpulannya dengan nama “Majlis Nurul Musthofa”.

Beliau menikahi salah satu cucu putri keturunan Rasululloh SAW yaitu Syarifah Muznah binti Ahmad Al Haddad (Al Hawi) dan mempunyai satu orang putri dan 2 orang putra kemudian Allah SWT menghibur beliau dengan mengaruniai satu bidang tanah yang untuk di tinggali oleh beliau dan keluarganya serta murid-muridnya sehingga Allah SWT mengizinkan pula kepada beliau untuk berziarah ke luar negri seperti Yaman, Abu Dabi, Arab Saudi, dll.

Dengan karunia Allah SWT inilah Majlis Nurul Musthofa yang beliau bina dengan cara mensyiarkan Sholawat dan Salam kepada Nabi Muhammad SAW serta mengenalkan pribadi Rasululloh SAW sebagai suri tauladan manusia sehingga dapat merebut hati manusia sebanyak 50.000 orang untuk bersholawat kepada Rasululloh SAW setiap minggunya.

Majlis yang beliau bina turut pula di do’akan oleh para alim ulama terkemuka pada zaman sekarang ini dan sempat duduk di Majlisnya di antaranya adalah :

- AL Habib Muhammad Anis bin Alwi Al Habsyi

- Al Habib Abdurrahman bin Alwi Assegaf

- Al Habib Abdurrahman bin Muhammad Al Habsyi

- Al Habib Abdurrahman bin Muhammad Bil Faqih

- Al Habib Salim bin Abdulloh As-Syathiri

Serta masih banyak lagi yang lainnya yang tersimpan kedatangan beliau di file Majlis Nurul Musthofa.

Di dalam Majlis pun di bacakan Kitab Annashohidiniyyah karangan Al Habib Abdulloh bin Alwi Al Haddad dan berbagai kitab lainnya yang di karang oleh para Salaffuna Sholihin.

Semoga dengan sedikit biografi yang ringkas ini Allah selalu menjaga, melindungi syiar Islam di seluruh dunia dan menjadikan kita sebagai hamba-hamba Allah yang tidak putus dengan Rahmat-Nya.

Terima kasih kami kepada umat Islam yang telah membantu Majlis Nurul Musthofa.


MAJLIS NURUl MUSTHOFA

Majlis Nurul Musthofa adalah saah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah SAW, yang didirikan pada tahun 2000 oleh Al Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf. Nurul Musthofa diambil dari nama Rasulullah SAW yang artinya “Cahaya Pilihan”. Bermula dari pengajian Al-Qur’an dan Zikir-zikir yang keliling dari rumah-kerumah.
Pada tahun 2001 dengan izin Allah SWT, Majlis Nurul Musthofa kedatangan Al Habib Umar Bin Muhammad Bin Hafidz.BSA dan Al Habib Anis Bin Alwi Al Habsyi, nama ini di ijazahkan dan diresmikan oleh beliau-beliau, maka pada tahun yang sama pertama kali dikenalkan sejarah Rasulullah SAW dengan pembacaan Al-Qur’an, Zikir-Zikir dan nasehat agama yang berkembang pesat yang bermula dari 10 orang sehingga menjadi ratusan orang.
Maka pada tahun 2002, berdatangan kembali para ulama-ulama dari Saudi Arabia, Yaman, Madinah, Malaysia, dan banyak lagi para ulama yang memberikan ilmu-ilmu Allah diantaranya Al Habib Salim Assyatiri yang memberi ijazah membaca 129 kali Yaa Latif sehabis Sholat kepada para Jama’ah.
Pada tahun 2003, Majlis Nurul Musthofa mulai berpindah-pindah tempat yang asalnya dari rumah menuju ke Masjid-Masjid, sehingga hamper kurang lebih 50 Masjid mendakwahkan ilmu-lmu agama dengan pembacaan kitab Nasahadiniyyah, yang dikarang oleh Al Habib Abdulloh Bin Alwi Al Haddad.
Pada tahun 2004, Majlis Nurul Musthofa dari yang ratusan menjadi ribuan orang, yang ditambah orang dengan Mo’idzoh Hasanah oleh guru-guru diantaranya, KH. Abdul Hayyie Naim, Ust. Adnan Idris, Ust. Imam Wahyudi, dan mashi banyak lagi yang lain untuk mendakwahkan ilmunya dan menuangkan ilmunya di Majlis Nurul Musthofa.
Pada tahun 2005, Majlis nurul Musthofa mengokohkan yayasan “Nurul Musthofa”, yang diketuai oleh saudaranya Al Habib Abdulloh Bin Ja’far Assegaf dan Al Habib Musthofa Bin Ja’far Assegaf, maka mendapatkan izin resmi dari Departemen Agama RI. Pada tahun 2006, Majlis Nurul Musthofa berkembang pesat dari 50 Masjid menjadi 250 Masjid di Jakarta, Syiar ini diterima oleh semua kalangan, dan pada tahun ini pula berdiri rumah kediaman Al Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf di Jakarta sebagai sekretariat Nurul Musthofa. Pada tahun 2007, Majlis Nurul Musthofa mendirikan Majlis sementara yang sdang dibangun seluas 700 meter dibelakang rumah kediaman Al Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf, yang Insya Allah akan berdiri pada tahun 2008 sebagai aktifitas pengajar sehari-hari di Majlis Nurul Musthofa yang dihibahkan oleh keluarga besar oleh H. Abdul Ghofar.

Free Music Online
{[['']]}

BIOGRAFI - Habib Anis bin Alwi bin Ali al Habsy

Tokoh ulama yang khumul lagi wara`, pemuka dan sesepuh habaib yang dihormati, Habib Anis bin Alwi bin Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi rahimahumullah telah kembali menemui Allah s.w.t. pada tanggal 14 Syawwal 1427 H bersamaan 6 November 2006 dalam usia kira-kira 78 tahun. Habib Anis sewaktu hayatnya sentiasa mengabdikan dirinya untuk berdakwah menyebarkan ilmu dan menyeru umat kepada mencintai Junjungan Nabi s.a.w. Beliau menjalankan dakwahnya berdasarkan kepada ilmu dan amal taqwa, dengan menganjurkan dan mengadakan majlis-majlis ta’lim dan juga majlis-majlis mawlid, dalam rangka menumbuhkan mahabbah umat kepada Junjungan Nabi s.a.w. Selain berdakwah keliling kota, sehingga muridnya menjangkau puluhan ribu orang di merata-rata tempat. beliau memusatkan kegiatan dakwah dan ta’limnya di masjid yang didirikan oleh ayahanda beliau, al-Habib Alwi bin ‘Ali al-Habsyi, yang dikenali sebagai Masjid ar-Riyadh, Gurawan, Pasar Kliwon, Solo (Surakarta), Jawa Tengah.
Dalam majlis-majlis ilmu yang lebih dikenali sebagai rohah, dibacakan kitab-kitab ulama salafus sholeh terdahulu termasuklah kitab-kitab hadits seperti “Jami`ush Shohih” karya Imam al-Bukhari, bahkan pengajian kitab Imam al-Bukhari dijadikan sebagai wiridan di mana setiap tahun dalam bulan Rajab diadakan Khatmil Bukhari, iaitu khatam pengajian kitab “Jami` ash-Shohih” tersebut. Setiap malam Jumaat pula diadakan majlis mawlid dengan pembacaan kitab mawlid “Simthuth Durar” karya nenda beliau yang mulia al-Habib ‘Ali bin Muhammad al-Habsyi. Manakala setiap malam Jumaat Legi diadakan satu majlis taklim dan mawlid dalam skala besar dengan dihadiri ramai masyarakat awam dari pelbagai tempat yang terkenal dengan Pengajian Legian, di mana mawlid diperdengarkan dan tausyiah-tausyiah disampaikan kepada umat.
Peringatan mawlid tahunan di bulan Rabi`ul Awwal dan haul Imam Ali al-Habsyi disambut secara besar-besaran yang dihadiri puluhan ribu umat dan dipenuhi berbagai acara ilmu dan amal taqwa. Sesungguhnya majlis para habaib tidak pernah sunyi dari ilmu dan tadzkirah yang membawa umat kepada ingatkan Allah, ingatkan Rasulullah dan ingatkan akhirat, yang disampaikan dengan penuh ramah – tamah dan bukannya marah-marah. Habib Anis terkenal bukan sahaja kerana ilmu dan amalnya, tetapi juga kerana akhlaknya yang tinggi, lemah lembut dan mulia. Air mukanya jernih, wajahnya berseri-seri dan sentiasa kelihatan ceria. Kebanyakan yang menghadiri majlis-majlis beliau adalah kalangan massa yang dhoif, dan kepada mereka-mereka ini Habib Anis memberikan perhatian yang khusus dan istimewa.
Kemurahan hatinya kepada golongan ini sukar ditandingi menjadikan beliau dihormati dan disegani ramai. Sungguh tangan beliau sentiasa di atas dengan memberi, tidak sekali-kali beliau jadikan tangannya di bawah meminta-minta. Inilah antara ketinggian akhlak Habib Anis al-Habsyi rhm. Sungguh kemuliaannya bukanlah semata-mata faktor keturunannya yang umpama bintang bergemerlapan, tapi juga kerana ilmunya, taqwanya, waraknya dan akhlaknya yang mencontohi akhlak para leluhurnya terdahulu. Para leluhurnya yang terkenal dengan ketinggian akhlak mereka sehingga telah menawan hati segala rumpun Melayu rantau sini untuk memeluk agama Islam yang mulia.
Sedih dan pilu rasa hati, seorang demi seorang ulama kita kembali ke hadhrat Ilahi. Khuatir kita jika tiada pengganti mereka, yang meneruskan usaha mereka untuk menyeru kepada Allah dan rasulNya. Bermohon kita kepada Allah dengan sebenar-benar dan setulus-tulus permohonan, agar yang patah tumbuh, yang hilang berganti. Kita sentiasa memerlukan bimbingan berkesinambungan daripada para ulama dan daie yang mukhlisin lagi berakhlak mulia, agar kejahilan dan keruntuhan akhlak tidak berleluasa. Hari ini selesailah permakaman beliau di Kota Solo di kompleks makam Masjid ar-Riyadh di sisi ayahandanya al-Habib Alwi bin Ali al-Habsyi. Kami ucapkan selamat jalan kepada Habib yang dikasihi. Mudah-mudahan musibah ketidaksampaian kami menziarahinya sebelum kewafatannya diberi ganjaran oleh Allah dengan kesudianNya menghimpunkan kami besertanya di syurga penuh keni’matan di samping nendanya yang mulia Junjungan Nabi s.a.w.

Habib Anis lahir di Garut Jawa Barat, Indonesia pada tanggal 5 Mei 1928. Ayah beliau adalah Habib Alwi. Sedangkan ibu beliau adalah syarifah Khadijah. Ketika beliau berumur 9 tahun, keluarga beliau pindah ke Solo. Setelah berpindah-pindah rumah di kota Solo, ayah beliau menetap di kampung Gurawan, Pasar Kliwon Solo.
Sejak kecil, Habib Anis dididik oleh ayah sendiri, juga bersekolah di madrasah Ar-Ribathah, yang juga berada di samping sekolahannya. Pada usia 22 tahun, beliau menikahi Syarifah Syifa binti Thaha Assagaf, setahun kemudian lahirlah Habib Ali.
Tepat pada tahun itu juga, beliau menggantikan peran ayah beliau, Habib Alwi yang meninggal di Palembang. Habib Ali bin Alwi Al Habsyi adik beliau menyebut Habib Anis waktu itu seperti “anak muda yang berpakaian tua”.
Habib Anis merintis kemaqamannya sendiri dengan kesabaran dan istiqamah, sehingga besar sampai sekarang. Selain kegiatan di Masjid seperti pembacaan Maulid simthud-Durar dan haul Habib Ali Al-Habsyi setiap bulan Maulud, juga ada khataman Bukhari pada bulan sya’ban, khataman Ar-Ramadhan pada bulan Ramadhan. Sedangkan sehari-hari beliau mengajar di zawiyah pada tengah hari.
Pada waktu muda, Habib Anis adalah pedagang batik, dan memiliki kios di pasar Klewer Solo. Kios tersebut ditunggui Habib Ali adik beliau. Namun ketika kegiatan di masjid Ar-Riyadh semakin banyak, usaha perdagangan batik dihentikan. Habib Anis duduk tekun sebagai ulama.
Dari perkawinan dengan Syarifah Syifa Assagaf, Habib Anis dikaruniai enam putera yaitu Habib Ali, Habib Husein, Habib Ahmad, Habib Alwi, Habib Hasan, dan Habib AbdiLlah. Semua putera beliau tinggal di sekitar Gurawan.
Dalam masyarakat Solo, Habib Anis dikenal bergaul lintas sektoral dan lintas agama. Dan beliau netral dalam dunia politik.
Dalam sehari-hari Habib Anis sangat santun dan berbicara dengan bahasa jawa halus kepada orang jawa, berbicara bahasa sunda tinggi dengan orang sunda, berbahasa indonesia baik dengan orang luar jawa dan sunda, serta berbahasa arab Hadrami kepada sesama Habib.
Penampilan beliau rapi, senyumnya manis menawan, karena beliau memang sumeh (murah senyum) dan memiliki tahi lalat di dagu kanannya. Beberapa kalangan menyebutnya The smilling Habib.
Habib Anis sangat menghormati tamu, bahkan tamu tersebut merupakan doping semangat hidup beliau. Beliau tidak membeda-bedakan apahkah tamu tersebut berpangakat atau tidak, semua dijamunya dengan layak. Semua diperlakukan dengan hormat.
Seorang tukang becak (Pak Zen) 83 tahun yang sering mangkal di Masjid Ar-Riyadh mengatakan, Habib Anis itu ulama yang loman (pemurah, suka memberi). Ibu Nur Aini penjual warung angkringan depan Masjid Ar-Riyadh menuturkan, “Habib Anis itu bagi saya orangnya sangat sabar, santun, ucapannya halus. Dan tidak peranah menyakiti hati orang lain apalagi membuatnya marah”.
Saat ‘Idul Adha Habib Anis membagi-bagikan daging korban secara merata melalui RT sekitar Masjid Ar-Riyadh dan tidak membedakan Muslim atau non Muslim. Kalau dagingnya sisa, baru diberikan ke daerah lainnya.
Jika ada tetangga beliau atau handai taulan yang meninggal atau sakit, Habib Anis tetap berusaha menyempatkan diri berkunjung atau bersilautrahmi. Tukang becak yang mangkal di depan Masjid Wiropaten tempat Habib Anis melaksanakan shalat jum’at selalu mendapatkan uang sedekah dari beliau. Menjelang hari raya Idul Fitri Habib Anis juga sering memberikan sarung secara Cuma-Cuma kepada para tetangga, muslim maupun non muslim. “Beri mereka sarung meskipun saat ini mereka belum masuk islam. Insya Allah suatu saat nanti dia akan teringat dan masuk islam.” Demikian salah satu ucapan Habib Anis yang ditirukan Habib Hasan salah seorang puteranya.
Meskipun Habib Anis bin Alwi bin Ali al Habsyi telah meninggalkan kita, namun kenangan dan penghormatan kepada beliau terus saja mengalir disampaikan oleh para habib atau para muhibbin. Habib Husein Mulachela keponakan Habib Anis mengatakan, pada saat meninggalnya Habib Anis dia dan isterinya tidak mendapatkan tiket pesawat, dan baru keesok harinya datang ke Solo melalui bandara Adi Sumarmo Yogyakarta. Selama semalam menunggu, mereka seperti mencium bau minyak wangi Habib Anis di kamarnya. “Aroma itu saya kenal betul karena Habib Anis membuat minyak wangi sendiri, sehingga aromanya khas.”
Dalam salah satu tausiyah, Habib JIndan mengatakan, “Seperti saat ini kkita sedang mengenang seorang manusia yang sangat dimuliakan, yaitu Nabi Muhammad SAW. Kita juga mengenang orang shalih yang telah meningalkan kita pada tanggal 6 Nopember 2006 yaitu guru kita Habib Anis bin alwi bin Ali Al-Habsyi.
Ketika kita hadir pada saat pemakaman Habib Anis, jenazah yang diangkat tampak seperti pengantin yang sedang diarak ke pelaminannya yang baru. Bagi Habib Anis, kita melihat semasa hidup berjuang untuk berdakwah di masjid Ar-Riyadh dan kini setelah meninggal menempati Riyadhul Janah, taman-taman surga. Ketika takziyah pada pemakaman Habib Anis kita seolah-olah mengarak pengantin menuju Riyadhul Jannah, taman-taman surga Allah. Inilah tempat yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman, bertaqwa dan shalih. Kita sekarang seperti para sahabat Habib Ali Al-habsyi, penggubah maulid Simtuh-durar yang mengatakan bahwa, keteka mereka hidup di dunia, mereka seolah-olah tidak merasakan hidup di dunia tetapi hidup di surga. Sebab setiap hari diceritakan tentang akhirat, tentang ketentraman bathin di surga. Dan mereka baru menyadari baha mereka hidup di dunia yang penuh cobaan.
Kita selama ini hidup bersama Habib Anis, bertemu dalam majlis maulid, berjumpa dalam kesempatan rauhah dan berbagai kesempatan lainnya. Dalam berbagai kesempatan itu kita mendengar penuturan yang lembut dan menentramkan, sehingga sepertinya kita di surga. Dan kita merasakan bahwa kita hidup di dunia yang fana ketika menyaksikan bahwa beliau meninggal dunia. Namun begitu, kenangan beliau tetap terbayang di mata kita, kecintaan beliau tetap menyelimuti kita.
Habib AbduLlah Al-hadad ketika menyaksikan kepergian para guru beliau, mengatakan, “Kami kehilangan kebaikan para guru kami ketika mereka meninggal dunia. Segala kegembiraan kami telah lenyap, tempat yang biasa mereka duduki telah kosong, Allah telah mengambil milik-Nya Kami sedih dan kami menangis atas kepergian mereka. Ah…andai kematian hanya menimpa orang-orang yang jahat, dan orang-orang yang baik dibiarkan hidup oleh Allah. Aku akan tetap menangisi mereka selama aku hidup dan aku rindu kepada mereka. Aku akan selalu kasmaran untuk menatap wajah mereka. Aku akan megupayakan hidupku semampukun untuk selalu mengikuti jalan hidup para guruku, meneladani salafushalihin, menempuh jalan leluhurku.”
Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assagaf yang berada di Jeddah bercerita, “Ayahku Habib Ahmad bin AbduRrahman berkata kepadaku, ‘ya…Abdulkadir engkau lihat aku, ketahuilah jangan engkau menyimpang dari jalan orang tuamu’”. Ketika Habib Ahmad bin AbduRrahman meninggal dunia, Habib AbdulKadir tetap menempuh jalan orang tuanya dan dia tidak menyipang sedikitpun jalan yang telah ditempuh oleh Habib Ahmad bin AbduRrahman.
Begitu juga Almarhum Habib Anis, tidak sedikitpun menyimpang dari yang ditempuh oleh ayah beliau, Habib Alwi. Hal serupa terjadi pada Habib Alwi , yang tetap menapaki jalan yang ditempuh oleh ayah beliau Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi Dan Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi sama juga menempu jalan orang tua, guru dan teladan beliau hingga sampai Nabi Muhammad SAW”……
Sedangkan Habib Novel bin Muhammad Alaydrus, murid senior sekaligus cucu menantu Habib Anis mengatakan, maqam tinggi yang dimiliki Habib Anis didapatkan bukan karena berandai-andai atau duduk – duduk saja. Semua itu beliau peroleh setelah bertahun-tahun menanamkan cinta kepada Allah SWT, para shalihin dan kepada kaum muslimin umumnya. Semoga beliau dalam kuburnya melihat kehadiran kita di majlis ini, bahwa kita sebagai anak didiknya meneruskan perjuangan dakwahnya. Dalam Al-Qur’an disebutkan, ‘Dan sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang’. Artinya kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih Allah menanamkan kepada makhluk-makhluk rasa kasih sayang kepadanya, cinta kepadanya, sebagaimana disabdakan RasuluLlah SAW dalam hadits yang diriwayatkan imam Bukhari, “Jika Allah mencintai hambanya maka Allah akan memanggil Jibril, menyampaikan bahwa Allah mencintai si Fulan. Mulai saat itu Jibril akan mencintai Fulan, sampai kapanpun. Jibril kemudian memanggil ahli langit untuk menyaksikan bahwa Allah mencintai Fulan. Maka ia memerintahkan mereka semua utuk eneicintai Fulan. Dengan begitu para penghuni langit mencintai Fulan. Setelah itu Allah letakkan di atas bumi ini rasa cinta untuk menerima orang yang dicintai Allah tersebut, dapat dekat dengan orang itu.” Dan insya Allah Habib Anis termasuk diantara orang-orang tersebut.”
Ada empat hal yang selalu disampaikan oleh Habib Anis kepada jama’ah yang hadir di majlis beliau, “Pertama, Kalau engkau ingin mengetahui diriku, lihatlah rumahku dan masjidku. Masjid ini tempat aku beribadah mengabdi kepada Allah. Kedua, zawiyah, di situlah aku menggembleng akhlak jama’ah sesuai akhlak Nabi Muhammad SAW. Ketiga, kusediakan buku-buku lengkap di perpustakaan, tempat untuk menuntut ilmu. Dan keempat, aku bangun bangunan megah. Di situ ada pertokoan, karena setiap muslim hendaknya bekerja. Hendaklah ia berusaha untuk mengembangkan dakwah Nabi Muhammad SAW”


Selamat jalan, ya Habibana. Kuharap nanti di sana kita kan bisa kumpul kembali di tempat lebih santai, lebih nyaman, lebih mulia berbanding dunia yang penuh pancaroba.
Ya Habibana, Kepergianmu menyayat hati setiap muhibbin merasa kepergianmu dalam suasana kami masih perlukan bapa yang nasihatnya menusuk sanubari dan masuk kepala, tapi tiada siapa dapat menolak ketentuan Yang Maha Esa.

Free Music Online

{[['']]}

BIOGRAFI - Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf

Habib Syech bin AbdulQodir Assegaf adalah salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Almarhum Al-Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf ( tokoh alim dan imam Masjid Jami’ Asegaf di Pasar Kliwon Solo), berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayah handa tercinta, Habib Syech mendalami ajaran agama dan Ahlaq leluhurnya.

Berlanjut sambung pendidikan tersebut oleh paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout.
Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosul yang diawali dari Kota Solo.
Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosulnya, tanpa disadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama’ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosul SAW dalam kehidupan ini.
Ahbabul Musthofa, adalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosul SAW, berdiri sekitar Tahun 1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan, berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW .
Sampai sekarang, Habib Syech masih melantunkan syair-syair indah nan menggetarkan hati Sholawat Shimthud Durror di berbagai tempat, untuk di Jogja setiap malam Jumat Pahing di IAIN SUKA, Timoho.

Sholawat rutin :
Setiap hari Rabu Malam dan Sabtu Malam Ba’da Isyak di Kediaman Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf .

Pengajian Rutin Selapanan Ahbabul Musthofa :
- Purwodadi ( Malam Sabtu Kliwon ) di Masjid Agung Baitul Makmur Purwodadi.
- Kudus ( Malam Rabu Pahing ) di Halaman Masjid Agung Kudus.
- Jepara ( Malam Sabtu Legi ) di Halaman Masjid Agung Jepara.
- Sragen ( Malam Minggu Pahing ) di Masjid Assakinah, Puro Asri, Sragen.
- Jogja ( Malam Jum’at Pahing ) di Halaman PP. Minhajuttamyiz, Timoho, di belakang Kampus IAIN.
- Solo ( Malam Minggu Legi ) di Halaman Mesjid Agung Surakarta.

Jangan hanya main band meniru dan mengidolakan gaya orang-orang kafir, tapi Nabi sendiri tidak pernah ditiru dan dipuji puji! Sudah saatnya bersholawat, menjunjung, memuji dan meniru Nabi Muhammad SAW agar memperoleh syafaatnya dan beliau mengakui kita sebagai umatnya, karena percuma saja kita yg mengaku ngaku umatnya, tapi tidak pernah bersholawat.

Free Music Online

{[['']]}

Tuhan Dan Malaikat Saja Bershalawat


SERINGKALI CAK NUN dan Kyai Kanjeng – atau bahkan siapa saja – setiap kali mau melantunkan shalawat membaca ayat ini: Innallaha wa malaikatahu yusalluna ‘alannabi ya ayyuhalladzina amanu shallu alaihi wasallimu taslima. Artinya, Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. al-Ahzab: 56).

Apa sebetulnya keistimewaan dan keunikan ayat tersebut. Tulisan ini mencoba untuk menguak keistimewaan dan keunikannya. Yang jelas, dari dhahir ayat ini yang menarik adalah bahwa Allah memperintahkan orang-orang beriman untuk bershalawat dan Allah sendiri pun juga bershalawat. Allah yang memerintahkan dan Allah sendiri melakukannya. Mungkin inilah satu-satunya perintah Allah yang Allah sendiri melakukannya. Di sini shalawat menjadi sesuatu yang penting.

Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang maksud shalawat dalam ayat tersebut, kiranya lebih jika dikaji kata kunci-kata kunci ayat tersebut, yakni shallu dan sallimu. Kata shallu berasal dari akar kata Shalah. Shalah artinya “menyebut yang baik”, “ucapan-ucapan yang mengundang kebajikan”, “doa” dan “curahan rahmat”. Kata shallu dan sejumlah derivasinya terulang sebanyak 101 kali. Bentuk fi’il mudhari’nya terulang hanya 5 kali yakni tushalli (9:84), yushallu (4:102), yushalluna (33:56) dan yushalli (3:39 dan 33:43). Sebagian besar kata shalah dikaitan dengan perintah menjalankan sholat.

Sedangkan kata sallimu berasal dari kata salam. Makna dasarnya adalah luput dari kekurangan, kerusakan dan aib. Kata ini dan derivasinya terulang 152 kali di dalam al-Qur’an.

Sebagian besar mufassir tidak berbeda pendapat dalam memahami ayat ini. Bentuk shalawat Allah kepada Rasul berupa limpahan rahmat, keberkahan dan anugerah Allah kepada Muhammad secara terus menerus. Shalawat Malaikat kepada Muhammad berupa permohonan agar dipertinggi derajat Muhammad dan dicurahkan maghfirah (ampunan) atas dirinya. Sedangkan bentuk shalawat orang-orang mukmin adalah permohonan doa agar Nabi Muhammad selalu terhindar dari segala aib dan kekurangan. Dan juga menyebut-nyebut keistimewaan dan jasa beliau untuk dijadikan panutan dalam kehidupan.

Setelah ayat di atas itu (al-Ahzab:56) turun kepada Nabi Muhammad, kaum Anshar Muhajirin bertanya kepada Rasul: “Wahai Rasul, itu hanya khusus untukmu, bagaimana dengan kami?” Allah pun merespon keresahan kaum Anshor dengan menurunkan Q.S. al-Ahzab:(43) huwa al-ladzi yushalli ‘alaikum wa malaikatuhu liyukhrijakum min adh-dhulumat ila an-nur wa kana bil mu’minima rahima. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia (Muhammad) mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.

Imam Bukhari, Muslim dan ahli hadis lainnya meriwayatkan bahwa para sahabat Nabi, seperti Ka’ab ibn ‘Ujrah berkata: “ketika turunnya ayat ini kami bertanya: Wahai Rasul, kami telah mengetahui salam maka bagaimana shalawat untukmu? Beliau bersabda: “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘Ala Ali Muhammad.

Kemudian Para Sahabat selalu bershalawat kepada Nabi jika teringat segala hal yang berkaitan dengan diri Rasul. Fatimah binti Husain juga meriwayatkan bahwa merekapun bershalawat ketika memasuki masjid seperti yang diajarkan oleh Rasul.

Ibn Asyur dalam tafsirnya At-Tahrir wa at-Tanwir bahwa ayat ini dalam tata gramatikalnya berbentuk jumlah ismiyah (nominal). Sedangkan dalam kaidah tafsir setiap kalimat yang berbentuk nominal memiliki faidah menunjukkan dan menguatkan kebenaran sebuah berita. Sedangkan kata yushalluna yang berbentuk mudhari’ berarti pekerjaan yang terus berulang atau mengalami perubahan (istimrar). Hal ini menunjukkan agar kaum muslimin memperbanyak membaca shalawat kepadanya.

Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku satu shalawat niscaya Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali.” Ada juga riwayat yang menyatakan bahwa beliau bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian siapa yang kikir? Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Kemudian Beliau menjawab: “dia adalah yang bershalawat kepadaku tanpa menyebut keluargaku”.

Ibnu Asyur secara historis juga menjelaskan bahwa penulisan nama Nabi Muhammad saw pada muqaddimah (pengantar) kitab baru dikenal pada masa Harun al-Rasyid, sebagaimana yang dilakukan oleh Ibn Astir dan Qadhi ‘Iyyad. Penulisan tersebut berkembang mulai abad ke IV H.

Imam al-Nawawi menganjurkan agar penulisan nama Nabi Muhammad saw harus selalu diikuti dengan shalawat kepadanya seperti halnya menulis nama Allah selalu diikuti dengan sifat-Nya seperti Allah azza wa jalla, Allah Ta’ala dan lain-lain, karena hal tersebut adalah sebagai bentuk doa.

Imam al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya al-Jami li Ahkamil Qur’an menyebutkan hukum bershalawat kepada Rasulullah saw. Para ulama bersepakat bahwa bershalawat hukumnya wajib. Sebab kata shalluu itu berbetuk fi’il amar (perintah). Namun para ulama berbeda pendapat tentang pengertian pewajibannya yakni:

Wajib bershalawat setiap mendengar dan membaca nama Rasulullah saw.

Wajib bershalawat sekali dalam sebuah majlis meskipun nama Rasulullah sering disebut seperti halnya sujud sajdah, menjawab orang bersin, mengawali dan mengakhiri doa dengan bacaan shalawat

Wajib sekali dalam seumur seperti halnya pelaksanaan haji wajib sekali seumur hidup.

Imam Syafi’i, Ishaq, Muhammad bin al-Mawaz dan Abu Bakr ibn al-’Arabi dari mazhab Maliki menyatakan wajib hukumnya membaca shalawat dalam shalat (tahiyat akhir). Bagi yang meninggalkannya karena sengaja maka batal shalatnya, begitu juga dengan bacaan khutbah Jumat. Tanpa shalawat kepada Nabi, maka tidak sah khutbah Jumat-nya.

***

Apa kegunaan dan fungsi bacaan shalawat kita kepada Nabi, sedangkan Allah dan para malaikat sudah menyampaikannya? Allah sendiri juga telah menjamin keselamatan bagi Rasulullah?

Mungkin, di sinilah sebenarnya letak aspek tarbiyah (edukatif) Allah kepada makhluk-Nya. Ayat ini mengandung pengertian yang dalam bahwa doa dan permohonan keselamatan serta kesejahteraan kepada Nabi bertujuan sebagai:

Pengajaran kepada kita untuk selalu syukur terhadap segala jasanya yang menuntun kita pada jalan kebenaran seperti yang termuat dalam Q.S. al-Ahzab: 43

Menunjukkan keagungan Rasulullah SAW karena Allah tidak memerintahkan bershalawat kepada nabi-nabi lainnya.

Mendidik kita agar selalu bersikap rendah diri dan tidak mengandalkan amal perbuatan untuk meraih surga karena masuknya hamba ke dalam surga dikarenakan rahmat-Nya bukan akibat perbuatannya.

Allah juga memerintahkan Rasulullah untuk mendoakan kaum muslimin karena doanya dapat menentramkan jiwa mereka (Q.S.al-Taubah: 103). Bahkan disebutkan dalam sebuah riwayat dari Umar ibn Khattab bahwa nabi Adam ketika bertaubat setelah melanggar perintah Allah, taubatnya tidak diterima. Namun setelah ber-tawassul dengan nama Muhammad, doa dan taubatnya dikabulkan oleh Allah dan Allah berfirman: “Kalau saja tidak karena Muhammad, niscaya Aku tidak akan menciptakanmu.”

Disyariatkan untuk saling mendoakan antara satu dengan yang lainnya sebagaimana hadist beliau bahwa: “Jika seorang muslim mendoakan muslim lainnya, maka Allah mengutus kepada mereka seorang Malaikat yang ikut mendoakan: “Semoga Allah mengabulkan permintaannya.” Malaikat tersebutpun mengatakan: “Amin” (Ya Allah kabulkan do’anya) maka hendaklah kalian juga mengatakan amin.”

Walhasil, shalawat atas nabi Muhammad adalah amalan yang paling mustajab dan begitu besar pengaruhnya baik ketika manusia masih hidup di dunia, apalagi di akhirat kelak. Salawat adalah amalan manusia yang juga dilakukan oleh Allah beserta para malaikat dan para nabi-Nya. Inilah bukti betapa agung dan mulianya kedudukan shalawat.

Salawat adalah jalan terbaik dalam memohon segala kebutuhan kita kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dalam banyak riwayat, salawat dikatakan dapat menghindarkan pengamalnya dari api neraka, membukakan pintu surga, melapangkan kehidupan dunia, memupuskan dosa-dosa serta memberikan banyak manfaat lainnya. Tentunya yang perlu diperhatikan juga cara bershalawat yang sempurna dan tempatnya agar dapat merengkuh segenap manfaat dan keberkahan, dengan bersalawat kepada rasul akan tumbuh rasa cinta kepadanya, ada rasa kehadirannya selalu bersama kita dalam setiap langkah dan hembusan nafas kita, bersalawatlah niscaya kamu akan bahagia. Wa Allahu a’lam.

Ditulis oleh Arif Budiono (Mahasiswa Pascasarjana IIQ Jakarta), 13 Nov 2007
{[['']]}

Kewajiban Taat kepada Pemimpin Kaum Muslimin

Orang Muslim juga beriman kepada kewajiban taat kepada para pemimpin kaum Muslimin, hormat pada mereka, berjihad bersama mereka, shalat di belakang mereka, dan haram membelot dari mereka. Oleh karena itu, terhadap mereka, orang Mukmin memberlakukan etika khusus.
Terhadap pemimpin kaum Muslimin, maka seorang Muslim:



1. Berpendapat bahwa hukumnya wajib patuh kepada mereka, berdasarkan dalil-dalil yang ada, misalnya:

Firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kalian." (An-Nisa': 59).

Sabda Rasulullah saw., "Barangsiapa taat kepadaku, ia taat kepada Allah. Barangsiapa bermaksiat kepadaku, ia bermaksiat kepada Allah. Barangsiapa taat kepada pemimpinku, ia taat kepadaku. Dan barangsiapa bermaksiat kepada pemimpinku, ia bermaksiat kepadaku." (Muttafaq Alaih)

Namun ia tidak berpendapat wajib mentaati mereka dalam maksiat kepada Allah Ta'ala, karena taat kepada Allah Ta'ala wajib tetap didahulukan atas taat kepada mereka berdasarkan dalil-dalil yang ada, misalnya:

Firman Allah Ta'ala, "Dan mereka tidak bermaksiat kepadamu dalam kebaikan." (Al-Mumtahinah: 12).

Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya ketaatan itu pada kebaikan." (Muttafaq Alaih).

"Tidak ada kewajiban taat pada makhluk dalam maksiat kepada Allah." (Diriwayatkan Ahmad dan Al-Hakim menshahihkan hadits ini).
"Mendengar dan taat diwajibkan kepada orang Muslim dalam apa yang ia sukai dan benci, selagi ia tidak disuruh bermaksiat. Jika ia disuruh bermaksiat, ia tidak wajib mendengar dan taat." (Muttafaq Alaih).

2. Berpendapat bahwa hukumnya haram membelot dari mereka, atau mengumumkan pembangkangan terhadap mereka. Karena, tindakan tersebut memecah tongkat ketaatan kepada pemimpin kaum Muslimin, berdasarkan sabda Rasulullah berikut:

"Barang siapa tidak menyukai sesuatu pada pemimpin, hendaklah ia bersabar, karena barangsiapa keluar dari pemimpin sejengkal saja, ia mati dalam keadaan mati jahiliyah." (Muttafaq Alaih).

"Barangsiapa menghina pemimpin (Muslim), maka Allah menghinanya." (Diriwayatkan At-Tirmidzi dan ia menghasankan hadits ini).

3. Mendoakan mereka mendapatkan kebaikan, petunjuk, bimbingan, terjaga dari keburukan, dan terjaga dari jatuh ke dalam kesalahan. Sebab, kebaikan umat ditentukan oleh kebaikan mereka. Ia harus menasihati mereka (pemimpin) tanpa bermaksud menghina, atau mencerca kehormatannya, karena sabda Rasulullah saw., "Agama adalah nasihat." Kami bertanya, "Untuk siapa?" Rasulullah saw. bersabda, "Untuk Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan kaum Muslimin secara umum." (HR Muslim).

4. Berjihad bersama mereka dan shalat di belakang mereka, kendati mereka fasik atau mengerjakan hal-hal yang diharamkan yang bukan termasuk kekafiran, berdasarkan dalil-dalil seperti berikut:

Sabda Rasulullah saw. kepada orang yang bertanya beliau tentang hukum taat kepada peimimpin yang buruk, "Dengarkan dan taatlah, mereka berkewajiban terhadap apa yang dibebankan kepada mereka dan kalian berkewjiban terhadap apa yang dibebankan kepada kalian." (Diriwayatkan Muslim).
Ucapan Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallahu Anhu, "Kita berbaiat pada Rasulullah saw. untuk mendengar dan taat di saat kami giat, atau kami tidak giat, di saat kesulitan kita atau kemudahan kita, dan kita tidak memperebutkan sesuatu dengan pemiliknya." Rasulullah saw. juga bersabda, "Kecuali jika kalian melihat kekafiran yang terang-terangan dan kalian di dalamnya mempunyai dalil dari Allah." (Diriwayatkan Muslim).

Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 101-104.
{[['']]}
Facebook Twitter LinkedIn Google Plus RSS Feed Favorites More

Popular Posts

Followers

get this
 
Copyright © 2011 - TeDjo's Blog
Created by : Teguh Rahardjo's Blogger