Home » » Tuhan Dan Malaikat Saja Bershalawat

Tuhan Dan Malaikat Saja Bershalawat

{[['']]}

SERINGKALI CAK NUN dan Kyai Kanjeng – atau bahkan siapa saja – setiap kali mau melantunkan shalawat membaca ayat ini: Innallaha wa malaikatahu yusalluna ‘alannabi ya ayyuhalladzina amanu shallu alaihi wasallimu taslima. Artinya, Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. al-Ahzab: 56).

Apa sebetulnya keistimewaan dan keunikan ayat tersebut. Tulisan ini mencoba untuk menguak keistimewaan dan keunikannya. Yang jelas, dari dhahir ayat ini yang menarik adalah bahwa Allah memperintahkan orang-orang beriman untuk bershalawat dan Allah sendiri pun juga bershalawat. Allah yang memerintahkan dan Allah sendiri melakukannya. Mungkin inilah satu-satunya perintah Allah yang Allah sendiri melakukannya. Di sini shalawat menjadi sesuatu yang penting.

Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang maksud shalawat dalam ayat tersebut, kiranya lebih jika dikaji kata kunci-kata kunci ayat tersebut, yakni shallu dan sallimu. Kata shallu berasal dari akar kata Shalah. Shalah artinya “menyebut yang baik”, “ucapan-ucapan yang mengundang kebajikan”, “doa” dan “curahan rahmat”. Kata shallu dan sejumlah derivasinya terulang sebanyak 101 kali. Bentuk fi’il mudhari’nya terulang hanya 5 kali yakni tushalli (9:84), yushallu (4:102), yushalluna (33:56) dan yushalli (3:39 dan 33:43). Sebagian besar kata shalah dikaitan dengan perintah menjalankan sholat.

Sedangkan kata sallimu berasal dari kata salam. Makna dasarnya adalah luput dari kekurangan, kerusakan dan aib. Kata ini dan derivasinya terulang 152 kali di dalam al-Qur’an.

Sebagian besar mufassir tidak berbeda pendapat dalam memahami ayat ini. Bentuk shalawat Allah kepada Rasul berupa limpahan rahmat, keberkahan dan anugerah Allah kepada Muhammad secara terus menerus. Shalawat Malaikat kepada Muhammad berupa permohonan agar dipertinggi derajat Muhammad dan dicurahkan maghfirah (ampunan) atas dirinya. Sedangkan bentuk shalawat orang-orang mukmin adalah permohonan doa agar Nabi Muhammad selalu terhindar dari segala aib dan kekurangan. Dan juga menyebut-nyebut keistimewaan dan jasa beliau untuk dijadikan panutan dalam kehidupan.

Setelah ayat di atas itu (al-Ahzab:56) turun kepada Nabi Muhammad, kaum Anshar Muhajirin bertanya kepada Rasul: “Wahai Rasul, itu hanya khusus untukmu, bagaimana dengan kami?” Allah pun merespon keresahan kaum Anshor dengan menurunkan Q.S. al-Ahzab:(43) huwa al-ladzi yushalli ‘alaikum wa malaikatuhu liyukhrijakum min adh-dhulumat ila an-nur wa kana bil mu’minima rahima. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia (Muhammad) mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.

Imam Bukhari, Muslim dan ahli hadis lainnya meriwayatkan bahwa para sahabat Nabi, seperti Ka’ab ibn ‘Ujrah berkata: “ketika turunnya ayat ini kami bertanya: Wahai Rasul, kami telah mengetahui salam maka bagaimana shalawat untukmu? Beliau bersabda: “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘Ala Ali Muhammad.

Kemudian Para Sahabat selalu bershalawat kepada Nabi jika teringat segala hal yang berkaitan dengan diri Rasul. Fatimah binti Husain juga meriwayatkan bahwa merekapun bershalawat ketika memasuki masjid seperti yang diajarkan oleh Rasul.

Ibn Asyur dalam tafsirnya At-Tahrir wa at-Tanwir bahwa ayat ini dalam tata gramatikalnya berbentuk jumlah ismiyah (nominal). Sedangkan dalam kaidah tafsir setiap kalimat yang berbentuk nominal memiliki faidah menunjukkan dan menguatkan kebenaran sebuah berita. Sedangkan kata yushalluna yang berbentuk mudhari’ berarti pekerjaan yang terus berulang atau mengalami perubahan (istimrar). Hal ini menunjukkan agar kaum muslimin memperbanyak membaca shalawat kepadanya.

Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku satu shalawat niscaya Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali.” Ada juga riwayat yang menyatakan bahwa beliau bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian siapa yang kikir? Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Kemudian Beliau menjawab: “dia adalah yang bershalawat kepadaku tanpa menyebut keluargaku”.

Ibnu Asyur secara historis juga menjelaskan bahwa penulisan nama Nabi Muhammad saw pada muqaddimah (pengantar) kitab baru dikenal pada masa Harun al-Rasyid, sebagaimana yang dilakukan oleh Ibn Astir dan Qadhi ‘Iyyad. Penulisan tersebut berkembang mulai abad ke IV H.

Imam al-Nawawi menganjurkan agar penulisan nama Nabi Muhammad saw harus selalu diikuti dengan shalawat kepadanya seperti halnya menulis nama Allah selalu diikuti dengan sifat-Nya seperti Allah azza wa jalla, Allah Ta’ala dan lain-lain, karena hal tersebut adalah sebagai bentuk doa.

Imam al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya al-Jami li Ahkamil Qur’an menyebutkan hukum bershalawat kepada Rasulullah saw. Para ulama bersepakat bahwa bershalawat hukumnya wajib. Sebab kata shalluu itu berbetuk fi’il amar (perintah). Namun para ulama berbeda pendapat tentang pengertian pewajibannya yakni:

Wajib bershalawat setiap mendengar dan membaca nama Rasulullah saw.

Wajib bershalawat sekali dalam sebuah majlis meskipun nama Rasulullah sering disebut seperti halnya sujud sajdah, menjawab orang bersin, mengawali dan mengakhiri doa dengan bacaan shalawat

Wajib sekali dalam seumur seperti halnya pelaksanaan haji wajib sekali seumur hidup.

Imam Syafi’i, Ishaq, Muhammad bin al-Mawaz dan Abu Bakr ibn al-’Arabi dari mazhab Maliki menyatakan wajib hukumnya membaca shalawat dalam shalat (tahiyat akhir). Bagi yang meninggalkannya karena sengaja maka batal shalatnya, begitu juga dengan bacaan khutbah Jumat. Tanpa shalawat kepada Nabi, maka tidak sah khutbah Jumat-nya.

***

Apa kegunaan dan fungsi bacaan shalawat kita kepada Nabi, sedangkan Allah dan para malaikat sudah menyampaikannya? Allah sendiri juga telah menjamin keselamatan bagi Rasulullah?

Mungkin, di sinilah sebenarnya letak aspek tarbiyah (edukatif) Allah kepada makhluk-Nya. Ayat ini mengandung pengertian yang dalam bahwa doa dan permohonan keselamatan serta kesejahteraan kepada Nabi bertujuan sebagai:

Pengajaran kepada kita untuk selalu syukur terhadap segala jasanya yang menuntun kita pada jalan kebenaran seperti yang termuat dalam Q.S. al-Ahzab: 43

Menunjukkan keagungan Rasulullah SAW karena Allah tidak memerintahkan bershalawat kepada nabi-nabi lainnya.

Mendidik kita agar selalu bersikap rendah diri dan tidak mengandalkan amal perbuatan untuk meraih surga karena masuknya hamba ke dalam surga dikarenakan rahmat-Nya bukan akibat perbuatannya.

Allah juga memerintahkan Rasulullah untuk mendoakan kaum muslimin karena doanya dapat menentramkan jiwa mereka (Q.S.al-Taubah: 103). Bahkan disebutkan dalam sebuah riwayat dari Umar ibn Khattab bahwa nabi Adam ketika bertaubat setelah melanggar perintah Allah, taubatnya tidak diterima. Namun setelah ber-tawassul dengan nama Muhammad, doa dan taubatnya dikabulkan oleh Allah dan Allah berfirman: “Kalau saja tidak karena Muhammad, niscaya Aku tidak akan menciptakanmu.”

Disyariatkan untuk saling mendoakan antara satu dengan yang lainnya sebagaimana hadist beliau bahwa: “Jika seorang muslim mendoakan muslim lainnya, maka Allah mengutus kepada mereka seorang Malaikat yang ikut mendoakan: “Semoga Allah mengabulkan permintaannya.” Malaikat tersebutpun mengatakan: “Amin” (Ya Allah kabulkan do’anya) maka hendaklah kalian juga mengatakan amin.”

Walhasil, shalawat atas nabi Muhammad adalah amalan yang paling mustajab dan begitu besar pengaruhnya baik ketika manusia masih hidup di dunia, apalagi di akhirat kelak. Salawat adalah amalan manusia yang juga dilakukan oleh Allah beserta para malaikat dan para nabi-Nya. Inilah bukti betapa agung dan mulianya kedudukan shalawat.

Salawat adalah jalan terbaik dalam memohon segala kebutuhan kita kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dalam banyak riwayat, salawat dikatakan dapat menghindarkan pengamalnya dari api neraka, membukakan pintu surga, melapangkan kehidupan dunia, memupuskan dosa-dosa serta memberikan banyak manfaat lainnya. Tentunya yang perlu diperhatikan juga cara bershalawat yang sempurna dan tempatnya agar dapat merengkuh segenap manfaat dan keberkahan, dengan bersalawat kepada rasul akan tumbuh rasa cinta kepadanya, ada rasa kehadirannya selalu bersama kita dalam setiap langkah dan hembusan nafas kita, bersalawatlah niscaya kamu akan bahagia. Wa Allahu a’lam.

Ditulis oleh Arif Budiono (Mahasiswa Pascasarjana IIQ Jakarta), 13 Nov 2007
Share this article :

Posting Komentar

Facebook Twitter LinkedIn Google Plus RSS Feed Favorites More

Popular Posts

Followers

get this
 
Copyright © 2011 - TeDjo's Blog
Created by : Teguh Rahardjo's Blogger