Home » » Syafa'at Nabi Muhammad

Syafa'at Nabi Muhammad

{[['']]}
Syafa'at maknanya adalah perantaraan, atau lebih jelasnya "bantuan untuk memohonkan pertolongan kepada Allah." Syafa'at Nabi maksudnya mengharapkan Nabi Muhammad untuk menjadi perantara kita untuk memohonkan kebaikan (atau memohonkan untuk meringankan dosa-dosa kita) bagi kita kepada Allah di hari pengadilan nanti.

Banyak sekali hadits-hadits dari Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Malik Muwata, yang menuliskan tentang syafa'at Nabi Muhammad di hari pengadilan nanti. Syafa'at ini juga sering dikaitkan dengan Shalawat kepada Nabi Muhammad yang telah dibahas sebelumnya. Salah satu hadi yang paling terkenal menyatakan bahwa Nabi mengatakan bahwa siapapun yang tidak mau melakukan 'Yussallii ala al Nabi' (shalawat kepada Nabi, yang dimaknai dengan salah tersebut) tidak akan memperoleh syafa'at dari Nabi Muhammad di hari pengadilan nanti.

Namun faktanya konsep shalawat dan syafa'at ini memang sangat dipercayai secara umum dimayoritas masyarakat muslim. Sudah umum sekali pada khutbah sembahyang Jumat, khotib dengan bersemangat membahas syafa'at Nabi Muhammad ini – tanpa ada protes atau keberatan sama sekali dari mayoritas umat, hasilnya memang jadi menyesatkan, memimpin ke jalan yang salah!

Hadits-hadits lain mengindikasikan bahwa Nabi menekankan harapannya bahwa orang-orang yang beriman harus mengucapkan kata-kata shalawat kepadanya. Bukankah seharusnya kita berpikir dan merenungkan:

Benarkah Nabi Betul-Betul Meminta Shalawat Untuknya Kepada Orang-Orang Yang Beriman?

Bukankah ini sama juga bahwa Nabi minta diagung-agungkan, apakah Nabi seperti ini?

Logika sederhana mengatakan, tidak mungkin orang semulia Nabi minta kepada umatnya untuk mengagung-agungkan namanya.

Namun bagaimanapun juga kita harus selalu memeriksa kebenaran hal-hal seperti ini kepada Al-Qur'an! Apakah memang konsep syafa'at ini sesuai dengan ayat-ayat Qur'ani?

Jawaban dari Al-Qur'an yang insya Allah bukti kuat bahwa Nabi tidak mungkin meminta umatnya untuk (1) meng-agung2kannya kepadanya atau (2) meminta upah (kebaikan bagi dirinya) dari umatnya adalah:

Maa kaana libasyarin an yu/tiyahu Allaahu alkitaaba walHukma wannubuwwata tsumma yaquula linnaasi kuunuu 'ibaadan lii min duuni Allaahi walaakin kuunuu rabbaaniyyiina bimaa kuntum tu'allimuuna alkitaaba wabimaa kuntum tadrusuuna. (3:79)
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah. " Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi pemyembah Allah, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (3:79)

Wamaa tas-aluhum 'alayhi min ajrin in huwa illaa dzikrun lil'alamiina. (12:104)
Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam. (12:104)

Fa-in tawallaytum famaa sa-altukum min ajrin in ajriya illaa 'alaa Allaahi wa umirtu an akuuna mina almuslimiina. (10:72)
"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku datang dari Allah. Aku diperintahkan untuk menjadi orang yang berserah diri (kepada-Nya)." (10:72)

Qul maa as-alukum 'alayhi min ajrin wamaa anaa mina almutakallifiina. (38:86)
Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepadamu atas dakwahku; Dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. (38:86)

Ayat 3:79 di atas insya Allah, memberikan pengertian kepada kita bahwa Nabi Allah, siapapun beliau, dan tentu juga Nabi Muhammad, tidak mungkin meminta orang-orang beriman memuja-mujanya, beribadah kepadanya. Sedangkan ayat 12:104, 10:72 dan 38:86, membuktikan bahwa NABI TIDAK PERNAH MEMINTA KEPADA ORANG-ORANG YANG BERIMAN apapun sebagai upah untuknya, sebagi upah baginya dalam menyampaikan pesan-pesan (ayat-ayat) Allah kepada mereka. Bukankah sangat terhormat dan sangat menghormati Nabi bila kita berpikir bahwa Nabi itu memang manusia pilihan Allah, yang tidak mungkin pergi kesana kemari mengatakan: "Lakukan ini bagiku" , atau "lakukan itu bagiku" atau "jika kamu tidak mengunjungi makamku aku tidak akan menjadi perantara kamu" atau kalau kamu tidak "shalawat kepadaku" aku tidak akan memberi syafa'at kepadamu.

Syafa'at – Ada atau Tidak Ada?

Percaya kepada syafa'at menimbulkan angan-angan. Bahwa Nabi, Rasul, Imam, atau orang yang dianggap suci bisa memberi syafa'at kepada umat Islam. Menurut Al-Qur'an, syafa'at hanya berlaku di akhirat. Manusia telah diperingatkan semenjak dari awal bahwa tidak ada syafa'at yang akan diterima dan juga tidak bermanfaat di hari pengadilan nanti, berikut ayat-Nya:

Wattaquu yawman laa tajzii nafsun 'an nafsin syai-an walaa yuqbalu minhaa syafaa'atun walaa yu/khatsu minhaa 'adlun walaa hum yunsharuuna. (2:48)
Dan jagalah dirimu dari (`azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikit pun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa`at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. (2:48)

Wattaquu yawman laa tajzii nafsun 'an nafsin syai-an walaa yuqbalu minhaa 'adlun walaa tanfa'uhaa syafaa'atun walaa hum yunsharuuna. (2:123)
Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa'at kepadanya dan tidak ada seorangpun akan ditolong. (2:123)

Dari kedua ayat di atas, bisa diambil pengertian bahwa makna syafa'at adalah suatu pembelaan atau pertolongan kepada seseorang pada suatu hari (hari pengadilan). Namun jelas juga pada ayat 2:48 dikatakan bahwa "seseorang tidak dapat membela orang lain" ditekankan lagi pada 2:123 bahwa syafa'at tidak akan memberi manfaat kepada seseorang! Jelas kan! Bahwa Nabi juga hanya manusia biasa, bukan dewa, jadi beliaupun termasuk di dalam makna "seseorang tidak dapat membela orang lain."

Tidak Ada Syafa'at, Kalau Ada Hanya Akan Bikin Malas!

Syafa'at tidak diterima dan tidak bermanfaat karena pada hari itu tidak akan ada syafa'at, tidak ada jual beli, dan tidak ada persahabatan, untuk menolong. Tidak ada pertolongan langsung dari pihak manapun. Sebagaimana dinyatakan ayat berikut:

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang lalim. (2:254)

Bukankah Allah Maha Benar? Dia Maha Tahu, umat muslim akan menjadi pemalas, kerjanya hanya berdoa memohon syafa'at Nabi saja BILA syafa'at Nabi atau siapapun ADA! Namun setan memang telah sangat berhasil menjerumuskan mayoritas muslim sehingga lebih mengimani Hadits yang hanya mengada-adakan kebohongan yang disandangkan kepada Nabi. Perhatikan kembali ayat 254 dari surat Al-Baqarah ini dibuka dengan peringatan Allah, perintah-Nya, kemudian ditutup dengan "tidak ada syafa'at." Tidakkah kita renungkan bahwa Allah menghendaki kita untuk bertakwa kepada-Nya, untuk takut kepada-Nya, patuh kepada perintah-Nya, dan dengan baiknya Dia memperingatkan kita bahwa di hari nanti tidak akan ada syafa'at.

Wa andzir bihi alladziina yakhaafuuna an yuHsyaruu ilaa rabbihim laysa lahum min duunihi waliyyun walaa syafii'un la'allahum yattaquuna. (6:51)
Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa'at pun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa. (6:51)

Di Surat 6:51, Allah memberi instruksi untuk memberi peringatan dengan apa yang diwahyukan kepada Nabi (=Al-Qur'an) kepada orang-orang yang takut (takwa kepada Allah), dan kembali menekankan bahwa syafa'at itu hanya kepunyaan Allah, ditutup dengan kalimat "agar mereka bertakwa." Semua kalimat-Nya ini jelas dan tegas, harfiah dan tidak ada kebengkokan sama sekali!

Perantara Yang Diperkirakan Bisa Memberikan Syafa'at

Ada tiga golongan yang disebut di dalam Al-Qur'an yang dikira umat bisa memberikan syafa'at:

Yang disembah/diabdi selain Allah

Waya'buduuna min duuni Allaahi maa laa yadhurruhum walaa yanfa'uhum wayaquuluuna haa-ulaa-i syufa'a-unaa 'inda Allaahi qul atunabbi-uuna Allaaha bimaa laa ya'lamu fii assamaawaati walaa fii al-ardhi subHaanahu wata'alaa 'ammaa yushrikuuna. (10:18)
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan (kerugian) kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). (10:18)

Dengan menolak ajaran Allah dan mengambil ajaran lain diluar Al-Qur'an, seseorang terjerumus ke dalam kancah menyembah selain dari Allah. Jelasnya dia menyekutukan Allah yang sama dengan syirik atau musyrik. Mereka yang disembah itu dengan jelas tidak diberi kuasa untuk memberikan syafa'at sedikitpun oleh Allah. Ingat syirik, atau menduakan Allah dengan yang lain, adalah rajanya daripada segala dosa! Jadi tolonglah berhenti mempercayai fantasi bahwa Nabi Muhammad diberi kekuasaan untuk memberikan syafa'at. Renungkan juga dengan mempercayai Nabi Muhammad sebagai pemberi syafa'at sama saja dengan menuhankan beliau disisi Allah!

Tuhan-tuhan lain

Aattakhidzu min duunihi aalihatan in yuridni arraHmaanu bidhurrin laa tughni 'annii syafaa'atuhum syai-an walaa yunqidzuuni. (36:23)
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafa'at mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku? (36:23)

Siapa atau apa saja yang diambil oleh seseorang sebagai mempunyai kuasa seperti Tuhan, dia dikategorikan sebagai orang yang mengambil tuhan selain daripada Dia. Siapapun, tuhan manapun selain Allah tidak akan mampu untuk membatalkan keputusan Allah.

Orang-orang (alim) yang disangka sekutu bagi Allah

Walaqad ji/tumuunaa furaadaa kamaa khalaqnaakum awwala marratin wataraktum maa khawwalnaakum waraa-a dzuhuurikum wamaa naraa ma'akum syufa'aakumu alladziina za'amtum annahum fiikum syurakaa-u laqad taqath-tha'a baynakum wadhalla 'ankum maa kuntum taz'umuuna. (6:94)
Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami kurniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa'at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah). (6:94)

Di Surat Al-An'am (QS 6) ayat 94 di atas jelas dinyatakan bahwa di hari pengadilan nanti kita akan mempertanggung-jawabkan semua amal perbuatan kita sendiri-sendiri, tidak ada pemberi syafa'at yang kita angankan akan ada menemani kita di hadapan Allah, tidak ada yang membela kita selain semua amalan kebaikan kita sendiri.

Hanya Allah-lah Pemberi Syafa'at

Syafa'at adalah kepunyaan Allah semata, kuasa-Nya. Semua selain Dia, apakah itu Malaikat, Nabi, atau Rasul, tidak mempunyai kekuasaan langsung untuk memberikan syafa'at, sesuai firman-Nya:

Allaahu alladzii khalaqa assamaawaati wal-ardha wamaa baynahumaa fii sittati ayyaamin tsumma istawaa 'alaa al'arsyi maa lakum min duunihi min waliyyin walaa syafii'in afalaa tatadzakkaruuna. (32:4)
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa`at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (32:4)

Qul lillaahi asy-syafaa'atu jamii'an lahu mulku assamaawaati wal-ardhi tsumma ilayhi turja'uuna. Wa-idzaa dzukira Allaahu waHdahu isyma-azzat quluubu alladziina laa yu/minuuna bil-aakhirati wa-idzaa dzukira alladziina min duunihi idzaa hum yastabsyiruuna. (39:44-45)
Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafa'at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan". Dan apabila HANYA NAMA ALLAH saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati. (39:44-45)

Perhatikan di (39:44) syafa'at itu SEMUANYA (jamii'an) kepunyaan Allah, sama sekali tidak disisakan untuk Nabi, Malaikat, dan siapapun. Yang menarik di ayat berikutnya Allah menekankan bahwa kalau HANYA NAMA ALLAH saja yang disebut, kebanyakan manusia jadi kesal, manusia-manusia seperti ini disebut sebagai orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat!! Mudah2an kita tidak termasuk kepada golongan ini, insya Allah, caranya mudah: "Berhentilah mempercayai fantasi bahwa Nabi atau siapapun akan memberi syafa'at" atau lebih prinsipnya "berhenti mempersekutukan Allah."

Syafa'at Kalaupun Ada Dari Selain Allah, Pasti Melalui Izin-NYA

Ada ayat Al-Qur'an, surat Yunus (QS 10) ayat 3 dan surat An-Najm (QS 53) ayat 26, yang menyatakan bahwa bisa saja Allah memberi kuasa syafa'at kepada yang lain, namun harus betul-betul dimaknai sebagai berikut: Hal ini hanya atas seizin-Nya, HANYA ATAS SE-IZIN ALLAH.

Berlaku umum, tidak terbatas hanya kepada Nabi, Malaikat, bisa kepada siapa saja, karena memang tidak disebut secara khusus izin-Nya kepada siapa, cukup adil kalau kita memaknai bahwa izin-Nya bisa saja kepada Nabi-Nabi-Nya (tidak terbatas kepada Nabi Muhammad) atau bahkan kepada orang biasa (tentu saja orang yang diridhoi-Nya dengan kualitas sesuai dengan kualifikasi yang memenuhi persyaratan sebagai orang yang saleh dengan kriteria Al-Qur'an dari Allah), sekali lagi ini pendapat saya yang bisa saja salah.

Inna rabbakumu Allaahu alladzii khalaqa assamaawaati wal-ardha fii sittati ayyaamin tsumma istawaa 'alaa al'arsyi yudabbiru al-amra maa min syafii'in illaa min ba'di idznihi dzaalikumu Allaahu rabbukum fa'buduuhu afalaa tadzakkaruuna. (10:3)
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (10:3)

Wakam min malakin fii assamaawaati laa tughnii syafaa'atuhum syai-an illaa min ba'di an ya/dzana Allaahu liman yasyaa-u wayardhaa. (53:26)
Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa'at mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridai (Nya). (53:26)

Syafa'at Yang Sebenarnya!

Syafa'at sebenar-benarnya adalah dari diri sendiri, dari amalan perbuatan kita sendiri, masing-masing! Manusia yang berbuat banyak amalan baik otomatis amalan baiknya itulah yang menjadi syafa'atnya, sedang manusia yang berbuat banyak amalan buruk, syafa'atnya otomatis buruk pula hasilnya! Coba renungkan ayat berikut.

Man yasyfa' syafaa'atan Hasanatan yakun lahu nashiibun minhaa waman yasyfa' syafaa'atan sayyi-atan yakun lahu kiflun minhaa wakaana Allaahu 'alaa kulli syay-in muqiitan. (4:85)
Barang siapa yang memberikan syafa`at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan barang siapa yang memberi syafa`at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (4:85)

Jelas dari An-Nisa (QS 4) ayat 85 tersebut bahwa syafa'at yang sebenar-sebenarnya adalah dari diri kita MASING-MASING, dari amalan perbuatan setiap individu sendiri, catatan perbuatan atau tindakan nyata, bukan hanya doa-doa dan ritual tapi perbuatan nyata.

Mudahnya seperti pada Surat Al-A'raf (QS 7) ayat 8 dan 9 di bawah, bahwa di hari pengadilan nanti yang jadi pertimbangan utama adalah yang DIUKUR dengan DITIMBANG atau DIBANDINGKAN adalah AMALAN KEBAIKAN lawan AMALAN KEBURUKAN setiap individu. Ditekankan diakhir ayat 9 surat 7 ini bahwa salah sendiri kalau timbangan kebaikannya ringan (sedikit) itu karena orang tersebut selalu mengingkari ayat-ayat Allah, ayat-ayat dari Al-Qur'an, bukan dari buku-buku yang lain kan?

Walwaznu yawma-idzini alHaqqu faman thaqulat mawaaziinuhu fa ulaa-ika humu almufliHuuna. Waman khaffat mawaaziinuhu fa ulaa-ika alladziina khasiruu anfusahum bimaa kaanuu bi-aayaatinaa yadzlimuuna. (7:8-9)
Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (7:8-9)

Contoh dari ayat-ayat bagi syafa'at yang baik adalah sebagaimana di bawah ini:

Mengambil perjanjian dengan Tuhan

Dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. Mereka tidak berhak mendapat syafa'at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (19:86-87)

Orang-orang yang berdosa tidak ada hak untuk mendapat syafa'at!!!

Allah meridhoi perkataannya

Yawma-idzin laa tanfa'u asy-syafaa'atu illaa man adzina lahu arraHmaanu waradhiya lahu qawlaan. (20:109)
Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridai perkataannya. (20:109)

Walaa tanfa'u asy-syafaa'atu 'indahu illaa liman adzina lahu Hattaa idzaa fuzzi'a 'an quluubihim qaaluu maadzaa qaala rabbukum qaaluu alHaqqa wahuwa al'aliyyu alkabiiru. (34:23)
Dan tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" Mereka menjawab: "(Perkataan) yang benar", dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (34:23)

Takut kepada-Nya

Ya'lamu maa bayna aydiihim wamaa khalfahum walaa yasyfa'uuna illaa limani irtadhaa wahum min khasy-yatihi musyfiquuna. (21:28)
Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafa'at melainkan kepada orang yang diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. (21:28)

Takut kepada-Nya bermakna taat dan patuh kepada perintah dan larangan-Nya, yang semuanya tertulis di dalam Al-Qur'an.

Kesaksian pada yang benar dan meyakini (Nya)

Walaa yamliku alladziina yad'uuna min duunihi asy-syafaa'ata illaa man syahida bilHaqqi wahum ya'lamuuna. (43:86)
Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang bersaksi kepada yang hak dan mereka meyakini (Nya). (43:86)

Mengharapkan syafa'at dari orang lain, betapapun mulianya orang tersebut dalam pandangan kita, hanya akan menghasilkan kemalasan dan jauh dari takwa kepada Allah.

Mudah-mudahan dengan uraian yang panjang lebar tentang syafa'at ini, kita semua berhenti mengimani hadits yang menyatakan bahwa umat muslim akan mendapatkan syafa'at dari Nabi Muhammad, bila kita selalu bershalawat kepada Nabi. Ternyata dengan jelas dinyatakan bahwa syafa'at yang pasti berasal dari diri kita masing-masing dalam bentuk amalan baik atau perbutan dan tindakan nyata kita mengamalkan perintah-perintah dan larangan dari Allah yang maha kuasa.

Sebagai penutup mudah-mudahan uraian yang panjang lebar tersebut memberi berkah dan menambah ilmu kita masing-masing:

Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (20:114)

Oleh : allah-semata.org
Share this article :

Posting Komentar

Facebook Twitter LinkedIn Google Plus RSS Feed Favorites More

Popular Posts

Followers

get this
 
Copyright © 2011 - TeDjo's Blog
Created by : Teguh Rahardjo's Blogger